Jumat, 16 April 2010

ekstra kurikuler


Meniru Kehebatan Ekstrakurikuler di Jepang
Hampir semua sekolah menengah (SLTP dan SLTA) di tanah air memiliki kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan selepas jam pelajaran itu menawarkan sejumlah pelatihan sesuai bakat dan minat siswa, seperti KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), Pramuka, PMR (Palang Merah Remaja), English Club, Pecinta Alam, dan olahraga. Misalnya sepak bola, bola basket, bola voli, tenis, pencak silat, dan renang.




Ekstrakurikuler biasanya dilaksanakan satu kali seminggu selama satu setengah sampai dua jam. Di antara sekian banyak jenisnya, Pramuka sering diwajibkan bagi siswa kelas VII dan X. Selebihnya bersifat pilihan dan siswa boleh mengikuti lebih dari dua kegiatan ekstrakurikuler.
Pelatih atau tenaga pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah yang bersangkutan. Sekolah yang mampu biasanya mendatangkan pelatih profesional dari luar.
Potensi kegiatan ekstrakurikuler untuk mencetak generasi bertalenta di bidangnya sangatlah besar. Ini jika ekstrakurikuler ditangani dengan baik dan profesional oleh pihak sekolah. Dengan kata lain, ekstrakurikuler bukan sekadar kegiatan pengisi waktu luang atau rutinitas semata.
Di Jepang, ekstrakurikuler diputuskan oleh pihak sekolah sama pentingnya dengan program intrakurikuler. Dari sini akan diketahui bakat, minat, dan kemampuan siswa yang jika mendapat penanganan serius dari pihak sekolah bisa mencetak generasi terampil, termasuk atlet-atlet beken di masa mendatang.
Merujuk pada apa yang dilakukan sekolah-sekolah Negeri Sakura itu, ada sejumlah smart tips bagi pihak sekolah yang berkomitmen kuat untuk memberdayakan ekstrakurikuler agar membuahkan hasil luar biasa.
Pertama, pihak sekolah mempunyai dana memadai untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. Jumlah dana itu tentu saja disesuaikan dengan jumlah ekstrakurikuler yang dibuka dan pelatih yang akan didatangkan. Di awal tahun pelajaran penyusunan RAPBS wajib memperhatikan ketersediaan dana ekstrakurikuler.
Kedua, fasilitas dan alat penunjang latihan wajib dicukupi. Jangan sampai terdapat sepuluh siswa mengikuti ekstrakurikuler seni petik gitar, sementara gitar yang tersedia hanya satu atau duah buah. Itu pun sudah rusak.
Ketiga, sejak awal pihak sekolah mencari tahu bakat, minat, dan kemampuan masing-masing siswa. Guru BK bekerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bisa melakukan berbagai macam cara cerdas untuk mengetahui talenta siswa.
Jika bakat dasar anak didik sudah diketahui, pihak sekolah mengarahkan siswa agar memilih salah satu ekstrakurikuler yang disukai sesuai bakat dan minatnya. Agar fokus, seorang siswa diharapkan hanya mengikuti satu jenis ekstrakurikuler. Pembatasan jumlah siswa dalam sebuah kelompok ekstrakurikuler juga penting agar setiap siswa mendapat perhatian yang cukup dari pelatih. Di samping itu, perlu adanya motivation training di kalangan siswa mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang akan diikuti.
Berikutnya, pihak sekolah menyusun kurikulum atau silabus kegiatan ekstrakurikuler agar jelas tujuan, proses, target, dan evaluasinya. Tanpa adanya silabus, kegiatan ekstrakurikuler akan berjalan seadanya. Sangat memungkinkan bagi sebuah sekolah untuk melakukan studi banding ke sekolah-sekolah tersohor yang terbukti mempunyai ekstrakurikuler bagus.
Selanjutnya, perekrutan tenaga pelatih harus benar-benar selektif. Jika menginginkan hasil terbaik, tidak ada istilah pemerataan tugas guru untuk mengelola ekstrakurikuler. Hanya mereka yang benar-benar memiliki latar belakang dan kemampuan di masing-masing bidang yang dapat menjadi pelatih. Atau, pihak sekolah lebih baik mendatangkan pelatih profesional dari luar meski harus membayar lebih. Sementara guru bisa diaktifkan sebagai pengawas latihan.
Keenam, proses yang baik merupakan awal keberhasilan. Siswa berpotensi di bawah asuhan pelatih yang mumpuni akan sangat mudah berhasil jika proses kegiatan ekstrakurikuler berjalan menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan. Dengan demikian, kedisiplinan berlatih wajib dijunjung tinggi.
Ketujuh, adanya kerja sama antarsekolah. Misalnya, untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam penguasaan debat bahasa Inggris, English Club sebuah sekolah dapat mengundang English Club sekolah lain untuk Uji Lomba Debat atau tim bola voli sekolah A menantang tanding tim bola voli sekolah B. Melalui kegiatan ini, kemampuan siswa akan semakin terasah dan komunikasi antarpelatih juga terjaga.
Langkah terakhir, pihak sekolah wajib memfasilitasi siswanya untuk unjuk gigi di setiap perlombaan, baik di tingkat kabupaten, karesidenan, provinsi maupun nasional. Perkara kalah menang adalah nomor sekian; yang penting siswa mendapat pengalaman dan pembelajaran berharga di kancah pertandingan sehingga ke depan mereka berlatih lebih giat lagi sampai berhasil tampil sebagai juara.
Siapa tahu dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang tertangani dengan baik, kelak lahir ilmuwan genius seperti B.J. Habbibie atau atlet-atlet berbakat sekaliber Chris John dan Taufik Hidayat. Semoga!
Oleh : Tuswadi Koesnadi SPd, mahasiswa Teacher Training Aichi University of Education Japan (2007-2009)
Sumber ; surya

Rabu, 14 April 2010

Profil Sekolah








Membicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah. Tapi saya tidak ingin menulis tentang demo tersebut. Saya hanya ingin menceritakan beberapa keluhan handai taulan (bahkan sampai berdebat kusir hehehe) tentang pendidikan ini.

Salah satu teman saya, agak berang, bilang “Masak sudah sudah ada BOS, kita masih harus bayar Rp. 15.000 per bulan? Di SD lainnya kok enggak bayar lagi.”. Kebetulan memang anaknya berada di SD Negeri 2, dimana ada 3 SDN dalam satu lingkungan sekolah.

Saya coba jadi counter-nya, “Mungkin di SDnya banyak ekstra kurikuler. Sudah cek atau belum? Ada komputer atau enggak?”.

Dia langsung menyanggah, “Ah enggak ada kayak gituan. sama aja!”

Akhirnya lama berdebat, bahkan ditambah satu orang lagi. Cuma jadi kemana-mana buntutnya. Menuduh KepSek korupsi, Guru korupsi, Masya Allah. Setelah lama berdebat, disimpulkan bahwa sebagian dana anggaran orang tua tadi digunakan untuk perbaikan WC, prasarana gedung, tiang bendera, biaya mencat pagar dan lain-lain.

Akhirnya, saya merasa menyadari ada ketidak-adilan disini. Kalau sudah tidak adil, pasti melanggar Pancasila, “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut. Berita hari ini, ada satu SDN yang roboh.

Menurut ‘mata-adil’ saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus dibiayai negara.

Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. Kok, sama sama sekolah negeri uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar sekolah negeri.

Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jadi BOS).

“Kaca mata” saya mungkin perlu diperbaiki, untuk menentukan apakah cukup adil kondisi di atas. Apakah benar pendapat saya, bahwa setiap Sekolah Negeri harus memiliki prasarana yang sama? Saya sendiri masih belum yakin. :)

Apalagi setelah baca blognya Harry Sekolah Swadaya – diskusi dengan penyelenggara sekolah gratis. Kok saya jadi merasa bahwa Negara tidak mampu memberikan pendidikan kepada warganya, seperti yang tercantum dalam UUD 45.

Rabu, 15 Mei 2002

My School SDN Jagakarsa 10 Pagi




Profil SDN Jagakarsa 10 Pagi


SDN Jagakarsa 10 Pagi, beralamat di JLN: Moh. Kahfi I Rt 02/04 Kel Jagakarsa Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. Telp. (021-7871349).


Visi
Menjadikan sekolah SDN Jagakarsa 10 Pagi sekolah unggulan yang berlandaskan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi serta keimanan dan ketaqwaan terhadap TUHAN YME.

MISI
1. Mengembangkan serta memberdayakan segenap potensi yang ada di SDN Jagakarsa 10 Pagi
2. Meningkatkan Profesionalisme sumberdaya pendidikan yang dapat menciptakan siswa menjadi insan yang agamis, cermat, terampil serta berbudi luhur dan mandiri.
3. meningkatkan peran serta masyarakat terhadap sekolah, agar tercipta hubungan yang harmonis dan dinamis dalam mencapai misi pendidikan di SDN Jagakarsa 10 Pagi.


Keunggulan SDN Jagakarsa 10 Pagi

1. Kebersihan dan Keasrian lingkungan sekolah.
2. Kerjasama yang kompak antara Orang tua dengan sekolah.
3. Kerjasama dan Silahturahmi yang harmonis sesama guru.kepalasekolah,orang tua murid.
4. Kegiatan Ekstrakurikuler yang maju seperti Pramuka dan Tari menjuarai perlombaan.
5. Perpustakaan yang sudah diolah menggunakan data komputer.